UMK News - Ciamis, 29 Juli 2025 — Tidak hanya menyapa warga dan membantu program desa, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Kuningan (UM Kuningan) juga berkesempatan menelusuri jejak sejarah perjuangan bangsa di Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis.

Kegiatan observasi lapangan ini menjadi pintu masuk bagi para mahasiswa untuk mengenal lebih dalam potensi dan nilai-nilai sejarah desa yang telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting sejak masa Kerajaan Galuh Pakuan hingga perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Dipandu langsung oleh Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Cinyasag, Bapak Asep, mahasiswa diajak menyusuri narasi panjang lahirnya nama dan identitas desa. Menurut penuturannya, dahulu Cinyasag dikenal dengan nama Umbul Muncang Pandak. Nama “Cinyasag” sendiri diambil dari kata nyasag—air yang dibawa dengan sosog (anyaman bambu)—yang konon digunakan sebagai hadiah untuk memperbaiki Meriam Si Jagur saat melawan penjajah.

“Desa ini dikelilingi perbukitan yang membuatnya strategis sebagai markas pertahanan. Banyak peninggalan bersejarah, seperti Gunung Manglayang, Prasasti Ceker Kidang, dan menhir yang bentuknya menyerupai meriam,” tutur Bapak Asep.

Tidak berhenti di situ, sejarah Cinyasag juga diwarnai keberanian warga dalam melawan kolonial. Pada tahun 1947, desa ini menjadi lokasi penyelamatan Panji Siliwangi dan saksi pertemuan Konferensi Tiga Negara (KTN). Bahkan, desa ini sempat dibombardir pesawat Belanda karena warga berani mengibarkan Sang Merah Putih.

“Walau dihantam serangan udara, semangat nasionalisme warga tak pernah padam. Monumen Panji Siliwangi yang berdiri di sini adalah bukti nyata perjuangan itu,” tambahnya.

Bagi mahasiswa, observasi ini bukan sekadar mendengar sejarah, tetapi juga menyerap nilai perjuangan dan identitas lokal. Hasil penggalian data ini rencananya akan menjadi dasar perancangan program KKN berbasis budaya dan sejarah, yang diharapkan mampu memperkuat kebanggaan masyarakat terhadap warisan desanya.

“Kami merasa terhormat bisa belajar langsung dari kisah-kisah berharga ini. Semoga program yang kami jalankan nanti bisa menjadi cara kecil untuk menjaga dan memperkenalkan sejarah Cinyasag kepada generasi muda,” ungkap Muhamad Rafli Firdaus, Ketua Tim KKN UM Kuningan 2025.

Dengan pemahaman sejarah yang kuat, mahasiswa UM Kuningan siap berkontribusi tidak hanya melalui aksi nyata di lapangan, tetapi juga dengan menghidupkan kembali cerita-cerita perjuangan yang nyaris terlupakan. (TS)